What Is Business Process Part 2






Proses bisnis adalah serangkaian
atau sekumpulan aktifitas yang dirancang untuk menyelesaikan tujuan  strategik sebuah organisasi, seperti pelanggan
dan pasar (Hollander, Denna, dan Cherrington, 2000). Proses bisnis memiliki
beberapa karakteristik antara lain (Sparx System, 2004)


1. 
Memiliki tujuan


2. 
Memiliki input tertentu


3. 
Memiliki output tertentu


4. 
Menggunakan sumber daya


5. 
Memiliki sejumlah aktifitas yang dilakukan dalam suatu urutan


6. 
Dapat mempengaruhi lebih dari satu unit organisasional. 


7. 
Menciptakan suatu nilai untuk konsumen. Pelanggan dapat berupa internal
atau eksternal. 






Lebih
lanjut lagi, definisi di atas menegaskan akan pentingnya aspek bagaimana  cara sebuah produk dikerjakan dalam
organisasi, bertolakbelakang dengan fokus yang menekankan pada aspek apa produk
yang dikeluarkan. Proses bisnis dijelaskan secara terinci dalam bentuk
aktifitas tertentu yang disebut peristiwa (event). Seluruh peristiwa terdiri
dari aktifitas-aktifitas yang lebih rinci lagi, yang dapat berupa bagian dari
proses operasi, proses informasi, dan proses manajemen.  Proses operasi  merupakan rangkaian peristiwa operasional
dalam rangka menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan. Peristiwa semacam
pemasaran barang, penerimaan order, pengiriman barang, dan pembayaran adalah
contoh berbagai peristiwa yang termasuk dalam proses bisnis operasi penjualan
Proses informasi mencakup tiga aktifitas utama: pencatatan data atas transaksi
operasi, pemeliharaan data referensi yang 
penting atas kumpulan operasional tersebut, dan pelaporan informasi yang
berguna pada manajemen – dan sistem informasi akuntansi merupakan representasi
proses informasi. Proses manajemen menggunakan input  dari proses operasi dan proses Informasi
untuk pengambilan keputusan dan kebijakan sebagai outputnya.


Bagan 2 menjelaskan hubungan antara
ketiga proses tersebut.













Pada
masa sekarang ini perusahaan di dunia terus-menerus berkembang dari hari ke
hari dan berusaha  untuk meningkatkan
kinerjanya dengan kecanggihan teknologi. Ketatnya persaingan baik secara lokal
maupun global membuat perusahaan terfokus bagaimana  meningkatkan proses bisnis mereka dan
bagaimana perusahaan dapat berkompetisi dengan para pesaingnya. Tidak hanya
fisik produk yang dapat menarik pelanggan, tetapi juga harus memperoleh kepuasan
pelanggan dan hubungan yang baik  antara
perusahaan dengan para pelanggan. Perusahaan dapat menerapkan  Supply Chain Management (SCM), yang dapat
digunakan dalam mengelola  bahan baku
dari pembelian sampai penjualan produk jadi serta komunikasi yang efisien
dengan para konsumen.


Perkembangan
teknologi di era globalisasi ini semakin meningkat, perusahaan di seluruh dunia
percaya teknologi dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kemampuan
bisnisnya. Teknologi merupakan salah satu ujung tombak yang digunakan dan
diharapkan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan dan meningkatkan
kinerja  mereka khususnya pada
aspek-aspek tertentu. Salah satu dari aspek perusahaan yang sangat vital adalah
masalah logistik. Logistik menyangkut bahan mentah, tenaga kerja, modal dan
informasi. Dengan sumber daya yang dimiliki maka perusahaan dapat menjalankan
proses produksi dan bisnisnya. Jika tidak ada sumber daya maka perusahaan tidak
dapat melaksanakan kegiatan perusahaan dan 
pada akhirnya akan mengarah kepada kepuasan pelanggan, kenaikkan
penjualan dan pemasaran yang digunakan untuk memperoleh keunggulan
kompetitif. 


Menurut  Lambert 
et.  al  dalam 
Croxton (2001), proses-proses bisnis dalam SCM  terdiri atas delapan bagian yang meliputi:
manajemen hubungan pelanggan, 
manajemen  pelayanan  pelanggan, manajemen  permintaan, 
pemenuhan  pesanan, manajemen  aliran 
manufaktur,  manajemen hubungan  pemasok, 
pengembangan  dan komersialisasi  produk, 
dan  manajemen pengembalian  (return 
management),  seperti ditunjukkan
pada Gambar 1.














Peranan  informasi 
dalam  SCM  dipengaruhi oleh teknologi informasi yang
digunakan. Teknologi informasi  ini  mempunyai 
peranan  penting  dalam dalam mendukung kinerja SCM. Peranan
Teknologi Informasi  pada
masing-masing  proses  bisnis 
dalam SCM tersebut adalah sebagai berikut:


1.     
Peranan  dalam 
Manajemen  Hubungan Pelanggan


Dalam  SCM,  proses 
manajemen  hubungan pelanggan  (customer 
relationship  management/ CRM)
bertujuan untuk menyediakan struktur dalam mengembangkan  dan memelihara hubungan dengan pelanggan.  Berbagai 
teknologi  informasi  digunakan


dalam  implementasi CRM.
Sebagai contoh, aplikasi Sales 
Force  Automation  (SFA) 
dapat  digunakan untuk  mengotomatiskan  hubungan 
antara  para penjual  dan 
pembeli  melalui  penyediaan 
informasi produk  dan  harga 
(Copra & Meindl,  2001).  Sistem


tersebut  juga  memungkinkan 
informasi  pelanggan dan produk
secara rinci dan real time.


2.     
Peranan  dalam 
Manajemen  Pelayanan Pelanggan


Untuk  dapat  menjalankan 
manajemen pelayanan 
pelanggan  (customer  service


management/CSM) secara baik, 
teknologi  informasi yang  digunakan 
harus  handal.  Teknologi 
informasi ini  harus  dapat 
menghimpun  secara  real 
time mengenai  berbagai  informasi 
yang  diperlukan pelanggan,  seperti 
ketersediaan  produk,  waktu


pengiriman, dan status pesanan. Manajemen  pelayanan pelanggan merupakan titik  kunci 
hubungan  untuk  mengadministrasikan kesepakatan  produk 
atau  jasa. Pelayanan  pelanggan menyediakan  sumber 
tunggal  untuk  berbagai informasi  yang 
dibutuhkan  pelanggan.  Dengan teknologi  informasi, 
perusahaan  dapat memberikan pelayanan  kepada 
pelanggan  dengan  tingkat kepastian yang tinggi.


3.     
Peranan
dalam Manajemen Permintaan


Manajemen  permintaan  (demand management)  mencakup 
proses-proses  yang bertujuan  untuk 
menjaga  keseimbangan  antara kebutuhan  pelanggan 
dengan  kemampuan  pasokan perusahaan.  Sistem 
manajemen  permintaan  yang 
baik menggunakan  data  point-of-sale 
dari  pelanggan utama  untuk 
mengurangi  ketidakpastian (uncertainty)  dan 
menyediakan  aliran  yang 
efisien sepanjang  rantai  pasok. 
Dalam  manajemen permintaan
tersebut, penentuan kebijakan persediaan yang optimal memerlukan informasi yang
mencakup pola permintaan biaya penanganan persediaan, biaya akibat kekurangan
persediaan, dan biaya pemesanan.  Dalam  manajemen 
permintaan  pada  level perusahaan,  teknologi 
informasi  digunakan  untuk melakukan  sinkronisasi 
perencanaan  permintaan


(Croxton et al., 2002). Sinkronisasi dilakukan antara hasil  peramalan,  kemampuan 
manufaktur, kemampuan pasokan, dan kemampuan distribusi. Dalam SCM,
manajemen permintaan menjadi permasalahan penting karena mencakup pengelolaan permintaan  pada 
suatu  rangkaian  perusahaan 
dalam rantai  pasok  itu. 
Teknologi  informasi  dibutuhkan untuk  menjamin 
keakuratan  data  dan 
mengurangi delay  time  aliran 
informasi.  Kedua  hal 
tersebut merupakan 
faktor-faktor  penting  untuk mengurangi


fenomena bullwhip effect dalam rantai pasok.


4.     
Peranan
dalam Pemenuhan Pesanan


Pemenuhan  pesanan  yang 
efektif membutuhkan 
integrasi  dari  proses 
manufaktur,


logistik  dan  rencana 
pemasaran.  Kunci  SCM 
yang efektif  adalah  memenuhi 
kebutuhan  pelanggan sesuai dengan
waktu.  Sebagai  bagian 
dalam  sistem  ERP(Enterprise  Resources 
Planning),  modul  Order Fulfillment  digunakan 
untuk  memantau  siklus pemenuhan  pesanan 
dan  merupakan  catatan kemajuan  perusahaan dalam  memuaskan permintaan. ERP merupakan  suatu 
sistem  teknologi


informasi  operasional  yang 
digunakan  untuk mengumpulkan  informasi 
dari  semua  fungsi 
dalam perusahaan.  Sistem  ERP 
ini  memantau  material,pesanan,  jadwal, 
persediaan  barang  jadi, 
dan informasi lainnya yang ada di perusahaan (Chopra &Meindl, 2001).


Penerapan  ERP  tersebut 
membutuhkan ketersediaan 
teknologi  informasi.  Penggunaan


teknologi  informasi  ini 
akan  dapat  meningkatkan kepastian dalam pemenuhan
pesanan.


5.     
Peranan  dalam 
Manajemen  Aliran Manufaktur


Proses-proses  manufaktur  harus 
bersifat fleksibel  dalam  menanggapi 
perubahan  pasar.Perubahan  dalam 
proses  aliran  manufaktur diperlukan  untuk memperpendek waktu  siklus. Hal ini berarti akan meningkatkan
responsivitas terhadap pelanggan.  Dalam  ERP 
terdapat  modul  manufacturing yang  mencatat 
aliran  produk  sepanjang 
proses manufaktur  dan  mengkoordinasikan  apa 
yang dilakukan  untuk  suatu 
bagian  pada  suatu 
waktu. Aliran  produk  tersebut 
harus  dipantau  melalui


penggunaan  teknologi  informasi. 
Pemantauan  ini dilakukan  untuk 
memberikan  kepastian  dalam kelancaran aliran manufaktur.


6.     
Peranan  dalam 
Manajemen  Hubungan Pemasok


Manajemen  hubungan  pemasok 
merupakan proses  yang  menentukan 
bagaimana  suatu perusahaan  berinteraksi 
dengan  para  pemasoknya. Fungsi  pembelian 
dikembangkan  melalui mekanisme
komunikasi yang cepat seperti electronic data interchange (EDI) dan jaringan
internet. Interaksi  dengan  pemasok 
dapat mempengaruhi 
kelancaran  proses  produksi 
yang dilakukan  perusahaan  manufaktur. 
Bagi  pengecer,
interaksi  dengan  pemasok 
sangat  diperlukan  untuk menjamin ketersediaan produk yang akan
dijual.  Untuk  menjamin 
interaksi  ini,  diperlukan


informasi  yang  memadai 
mengenai  pemasok.Informasi ini
mencakup mengenai product line, leadtime 
produk,  serta  sales 
terms  and  conditions.Selanjutnya,  pemantauan 
kinerja  pemasok  perlu dilakukan,  seperti 
yang  dikembangkan  pada modul Supplier  Management 
dalam  ERP.  Dalam 
hal  ini,teknologi  informasi 
diperlukan  untuk  dapat menjamin kelancaran hubungan dengan
pemasok.


7.     
Peranan  dalam 
Pengembangan  dan Komersialisasi
Produk 


SCM  mencakup  integrasi 
pelanggan  dan pemasok  ke  dalam 
proses  pengembangan  produk untuk memperpendek time to market. Dengan  memandang 
SCM  sebagai  integrasi proses  bisnis 
dari  pemasok  awal 
hingga  pengguna akhir,  setiap 
mata  rantai  harus 
terintegrasikan  pula dalam  proses 
pengembangan  dan  komersialisasi produk. Dalam  situasi 
persaingan  bisnis  yang 
ketat dan  tingkat  perubahan 
teknologi  yang  cepat, penggunaan  teknologi 
informasi  tidak dapat ditawar lagi.
Teknologi  informasi  ini 
digunakan  oleh  rantai pasok 
untuk  mengumpulkan  informasi 
dari  mata rantai  terkait 
dan  mengalirkannya  ke 
mata  rantai terkait  lainnya. 
Dengan  demikian  time 
to  market produk yang
dikembangkan dapat diperpendek.


8.     
Peranan  dalam 
Manajemen  Pengembalian (Return
Management)


Manajemen  pengembalian
merupakan  proses di  dalam 
SCM  dengan  kegiatan-kegiatan  seperti pengembalian (return), reverse
logistic, gatekeeping,dan avoidance (Rogers et. al, 2002). Lambert  (1998) 
menyatakan  bahwa  dalam implementasi  SCM,harus 
dilakukan  mekanisme koordinasi  yang 
baik  di  antara 
fungsi-fungsi  yang


bervariasi tersebut agar proses-proses di dalam SCM bisa dijalankan
secara efektif dan efisien. Informasi 
sangat  penting  dalam 
proses pengambilan  keputusan  pada 
rantai  pasok. Dengan ruang
lingkup rantai pasok yang  luas dan
mencakup suatu  rangkaian  perusahaan, 
kebutuhan  informasi menjadi
semakin penting.


Dari
paparan diatas, dewasa ini teknologi informasi memegang peranan penting pada
tiap-tiap sendi proses bisnis dalam Supply Chain Management. Cukup jelas
keberadaan teknologi informasi ini dalam Supply Chain Management dapat membantu
perusahaan/organisasi berjalan lebih efektif dan efisien karena saling menghubungkan
setiap elemen bisnis sehingga menjadi sebuah rantai pasok. Selain itu,
teknologi informasi diperlukan untuk memperbaiki kinerja rantai pasok terutama
dengan mengurangi ketidakpastian. Namun, ada beberapa kendala dalam penerapan
teknologi informasi untuk Supply Chain Management, yaitu masalah penyiapan
infrastruktur dan standarisasi informasi


Ada
baiknya sebelum teknologi informasi diterapkan dalam SCM, terlebih dahulu
dipersiapkan segala infrastruktur yang bersangkutan termasuk tenaga ahli yang
kedepan akan menangani setiap masing-masing bidang, kemudian perlunya
kesepakatan dalam ketentuan standarisasi informasi





Sumber
:



Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2005 (SNATI 2005) Yogyakarta, 18 Juni
2005







Previous
Next Post »